1. Engklek
Permainan yang sudah
dikenal luas di seluruh dunia. Cara bermain dengan membuat pola kotak-kotak
berurutan di tanah/lantai dan kemudian tiap pemain melompatinya dengan satu
kaki sementara satu kaki lainnya menggantung (engklek), makanya disebut juga
“Engklek”.
2. Dampu
2. Dampu
Permainan ini biasanya
dimainkan 2 sampai 4 peserta. Masing-masing pemain mempunyai batu yang pakai
sebagai “Gacuk”. Gacuk tersebut dilempar ke arah garis di depan yang
telah disepakati seluruh pemain. Pemain yang berhasil melempar Gacuk
terdekat dengan garis akan diberi kesempatan menyepak pertama gacuk tersebut
dengan kaki ke arah gacuk lawan. Cara menyepaknya tidak seperti sepak
bola, tapi dengan tumpuan tumit dan menggunakan ujung jari kaki. Sampai disini
saya sudah agak lupa aturan permainan ini.
3. Gayak
Lari (Lompat tali)
Permainan ini termasuk
yang paling populer diantara anak-anak khususnya perempuan. Dimainkan minimal 3
pemain, dua pemain memegangi tali dan satu lagi melompatinya. Pada masa kecil
saya digunakan karet gelang yang di “Ronce” sehingga menjadi tali elastic yang
panjang.
4. Kontrakol
Permainan ini dikenal
di daerah saya di Makamhaji, mungkin di luar wilayah tersebut dikenal dengan
nama yang lain. Cara bermainnya adalah dengan membuat lingkaran besar di tanah
(kira-kira berdiameter 2m) dengan lingkaran kcil di tengah tempat menaruh
tumpukan “Kreweng”/”Wingko” (pecahan genting). Wingko yang ditumpuk jumlahnya
biasanya 10-15 wingko. Kemudian dari jarak tertentu kira-kira 4-5m dari tumpukan
tersebut para pemain (biasanya terdiri dari 2 tim) menggelindingkan bola
(biasanya bola tenis) kea rah tumpukan wingko sampai rubuh. Sampai disini saya
juga lupa aturan permainan berikutnya. Maklum sudah lebih dari 25 tahun yang
lalu hahaha.
5. Jeg-jegan
(Betengan)
Permainan ini terdiri
dari dua tim, masing masing tim terdiri dari 2 orang atau lebih, bahkan bisa
belasan anak dalam satu tim. Tiap tim mempunyai tempat /beteng/”Jeg” yang
biasanya merupakan pohon yang besar. Jarak antara Beteng satu dengan beteng
lawannya sekitar 10m atau paling tidak saling bisa melihat. Tiap pemain
berusaha untuk nge-“Jeg” beteng lawan dengan konsekwensi kalo
tertangkap/Kecandhak jadi tawanan. Tim yang bisa menyentuh beteng lawan
(nge-Jeg) pertama dialah pemenangnya.
6. Benthik
Permainan ini dimainkan
dengan cara mencungkil batang kayu kecil dengan batang kayu yang lebih besar
dari atas tanah yang digali sekitar 10cm dan kemudian selagi batang kayu kecil
tersebut melayang kemudian dipukul sejauh-jauhnya. Bagi yang kalah akan dihukum
dengan cara “Nggondhol Balung” dari tempat batang kayu terakhir mendarat ke
lubang benthik. Permainan ini masih popular di daerah Surakarta dan sekitarnya
sampai sekarang. Baru-baru ini di daerah Wonogiri diadakan lomba benthic tingkat
kabupaten.
7. Ungklak
ungklak ugel
Mungkin namanya bukan
itu, tapi Cuma itu yang saya ingat. Cara bermainnya minimal 3 pemain saling
mengkaitkan salah satu kakinya ke belakang dengan kaki pemain lainnya. Setelah
terkait semuanya berputar dengan cara engklek dengan satu kaki yang tidak
terkait sambil menyanyikan tembang-tembang jawa. Seingat saya seperti itu.
8. Gobak
sodor
Permainan ini konon
kabarnya berasal dari kata “Go Back True Door” yang kemudian diadopsi dalam
bahasa jawa supaya mudah diucapkan dengan kata-kata Gobaksodor. Caranya adalah
dengan membuat batas-batas di tanah sebesar lapangan badminton. Pemain terdiri
dari 2 tim. Tiap tim berusaha menghalangi tim yang lain agar tidak bisa
melewati “pintu” bayangan yang disepakati.
9. Jelungan
/ Petak umpet (Hide and seek)
Permainan paling
populer di kalangan anak-anak di seluruh dunia. Pertama diundi dulu “Hompimpah
alahiyung Gambreng”. Atau di daerah saya di Makamhaji dengan “Hompilah Hom Mari
Gandum Bregedel”. Kalo tinggal 2 orang diselesaikan dengan adu jari (Sut
Jleng). Nanti yang jadi menghitung sampai sepuluh sementara yang lain sembunyi.
10. Dor-doran
Permainan ini mirip
petak umpet/jelungan hanya bedanya dimainkan 2 tim, dan yang lebih dulu me”Dor”
pemain lawan dengan menyebut nama yang did or menang. Yang sudah did or dengan
disebut namanya statusnya sudah mati. Tim yang anggotanya sudah “mati” semua
kalah.
11. Ndhas
Kil
Dimainkan secara tim,
terdiri dari 2 tim. Cara bermainnya menepuk kepala (Ndas)atau kaki (Kil-Sikil).
Siapa yang lebih dulu menepuk kepala atau kaki dialah pemenangnya. Popular di
kalangan anak-anak laki-laki.
12. Jamuran
Permainan ini pernah
saya mainkan waktu masih kecil sampai SD kelas 1-2. Permainannya beramai ramai
melingkar sambil menyanyikan tembang dolanan “Jamuran… Jogegethok…” dan
seterusnya. Namun sekarang saya sendiri lupa bagaimana cara bermainnya.
Berikut ini daftar
permainan /Dolanan masa kecil yang bersifat Ketrampilan yang masih bisa saya
ingat:
1. Dakon
Menggunakan alat kayu
yang dilobangi, dan Kecik/biji buah-buahan. Sudah sangat popular di Indonesia.
2. Remi
Permainan Kartu Remi.
Yang dulu popular pada masa kecil saya adalah empat satu.
3. Dam-daman
Sejenis catur tapi
dengan bidak berupa batu kerikil. Digambar di atas tanah atau lantai dengan
kapur. Terdiri dari satu Raja, satu patih dan satu Patah serta 13 pion.
4. Nekeran
Dalam bahasa Indonesia
berarti Kelereng atau gundu. Ada banyak macam jenis, yaitu “Pok bling” dengan
lubang ditengah lingkaran. Ada lagi sejenis judi dengan Kotak tempat mengadu
(namanya lupa). Ada lagi “Jirak”. Adapun gaya pemain dalam memainkan
neker/kelereng ada gaya “lanang”, gaya “Sumpel”, gaya “Sinthir”, dan gaya
senthik”.
5. Soyang
Biasanya dimainkan
perempuan dalam bentuk undian dan pertanyaan. Saya sendiri tidak begitu
mengerti karena hanya mendengar dari teman-teman perempuan yang memainkan
sambil melantunkan tembang dolanan : “Soyang… soyang… dst” disambung lagi : “…
mboten trimo, mboten trimo anak kulo mang siyo siyo, ndhuk cenger , ndhuk
cenger anak kulo mboten sido ngenger…”
6. Ular-ularan
Nama sebenarnya saya
lupa. Hanya cara bermainnya dengan melibatkan banyak anak yang meliuk-liuk
seperti ular dan melewati dua orang yang saling berpegangan tangan. Secara acak
ada anak yang melewati nya nanti ditangkap dan diberi pertanyaan. Biasanya
dimainkan dengan disertai tembang-tembang dolanan, sayang sekali sekarang saya
sudah lupa.
7. Ndog-ndogan
Permainan dua orang
atau lebih, dimainkan dengan menumpuk tangan seluruh pemain sambil mengepal.
Sambil menyanyikan tembang dolanan satu persatu “Ndog” /telur/Kepalan tangan
tersebut pecah dan tangan dibiarkan terbuka sampai seluruh Ndog pecah.
Tembangnya adalah “Ndog-ndogan ndog ndogan, (o)jo pecah pecah ndhuwur, pecaho
ngisor wae, pyar”. Setelah seluruh ndog pecah menyanyikan tembang “Uri-uri”.
Tembangnya adalah “Ri uri ri uri njang anjang midodari, celeret tibo nyemplung
kepundhung kembange opo, Kembang opo”. Pemain menjawab kembang opo, sambil
dicubit.
8. Cangkriman
Dimainkan sambil
ngobrol pada saat suasana santai.
9. Mbar
suru
Biasanya dimainkan oleh
2 anak perempuan. Dengan alat berupa daun pisang atau kertas atau plastic yang
kaku sebagai alat untuk “Nyuru”/menyerok biji buah. Biji buah yang dipakai
biasanya “Kecik” atau biji buah Sawo.
10. Bekelan
Mirip seperti mbar suru
hanya alatnya merupakan produk Pabrik (biasanya made in Taiwan). Terdiri dari
satu bola karet dan 4 biji tembaga.
11. Cublak
cublak suweng
Dimainkan dengan cara
satu pemain yang “Jadi” tengkurap, kemudian yang lain menempelkan tangannya
dipunggung yang jadi tadi sambil memutar biji diantara tangan-tangan tadi.
Nanti pemain yang jadi harus menebak di tangan siapa biji itu jatuh terakhir.
Sambil menyanyikan tembang “Cublak cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu
ketunjung gudel, pak gempong lera lere, sopo ngguyu ndhelikake, sir sir pong
dele gopong…”
Sementara hanya itu
yang bisa saya ingat. Pada masa sekarang ketika anak saya sudah seusia saya
dulu waktu memainkan itu semua, anak saya malah lebih seneng main PS, Nintendo,
game HP dan nonton TV. Bahkan untuk bermain pasir pun harus dipaksa.
Di kampung halaman saya
di Solo pun, anak-anak tidak ada lagi yang memainkan permainan/dolanan itu.
Padahal banyak pelajaran dan manfaat bisa dipetik dari seluruh dolanan itu. Apa
saja manfaatnya? Susah untuk mengatakannya, tapi yang jelas pasti banyak.
Namun kini semuanya sudah berubah. Anak-anak kini lebih suka bermain
secara individu dengan game HP dan PS. Kalo tidak, mereka lebih suka duduk
pasif menonton sinetron di depan TV. Sayang sekali. Barangkali suatu saat semua
dolanan itu hanya tinggal sejarah dalam tulisan dan museum. Semoga tidak.
Oleh: Ubaidi
0 komentar:
Posting Komentar