Sabtu, 27 Desember 2014

Posted by Unknown On 13.07
Sastra Jawa pertengahan dalam Sejarah Sastra dan Kebudayaan

            Dalam periodisasi sastra Jawa, sastra Jawa pertengahan menduduki periode tersendiri. Hal ini bisa dilacak dari pusat perkembangan sastra Jawa, pada zaman Singasari dan Majapahit. Namun demikian tidak semua karya yang dihasilkan pada waktu itu termasuk sastra Jawa pertengahan. Sebab pada saat itu penulisan karya sastra berbahasa Jawa Kuna dalam bentuk kakawin maupun prosa masih tetap berlangsung. Zaman Majapahit karya jawa berbahasa kuna dalam bentuk kakawin maupun prosa masih tetap berlangsung. Zaman Majapahit karya sastra bernafaskan islam telah bermunculan terutama didaerah pantai utara pulau  Jawa.menanggapi masalah tersebut zoetmulder (1983) mengatakan bahwa sastra Jawa pertengahan bukan merupakan lanjutan dari sastra Jawa kuna. Pertengahan bukan merupakan lanjutan dari sastra Jawa Kuna. Sebab pembagian secara kronologis dan berdasarkan bahasa kurang mendukung hipotesis ini. Oleh sebab itu untuk menentukan harus selektif dan hati-hati.
            Worsley (1970) bertolak dari penelitian yang menitikberatkan pada karya sastra yang ada hubungannya dengan sejarah tetapi tidak bisa dipisahkan sebagai sastra secara totalitas, dan dianggap sebagai sastra yang integral. Dengan analisis bentuk, tema peran dan gaya salah satu karya sastra, seorang peneliti dapat mengetahui tujuan pengarang sewaktu mencipta dan mengetahui pandangan tentang dunianya baik secara makro maupun mikro. Bertolak dari pendapat di atas mungkin penelitian dapat dikembangkan pada karya-karya sezaman dan sejenis secara teoritis diharapkan dapat disusun sejarah sastra yang agak lengkap dengan menggunakan sumber yang berasal Jawa maupun Bali.
            Sementara itu, pembicaraan tentang sastra, memerlukan devinisi yang kongkret. Namun demikian teori sastra yang dikembangkan diBarat tidak relevan untuk membicarakan sastra tradisional di Asia Tenggara. Dalam hal ini ilmu Antropologi cukup menolong. Sastra dapat dianggap sebagai sistem yang mempunyai fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya. Tentang sastra Jawa bisa mendukung penyesuaian antara manusia dengan masyarakat. Untuk menjawab masalah tersebut, peneliti beranggapan bahwa sastra merupakan sesuatu yang aktif dalam masyarakat bukan hanya merupakan objek yang perlu dipelajari dan dikaji seperti ilmu sastra dan filologi.
            Sastra mempunyai jangkauan yang sangat luas, meliputi tulis, lisan bahkan dipertontonkan. Dalam hal ini penonton sepenting pelaku. Bahkan batin seseorang mendorong untuk menciptakan karya sastra, yang memberikan dasar ideology. Dalam sejarah sastra jawa karya-karya sastra Jawa pertengahan yang dikemukakan oleh para ahli terutama Poerbatjaraka (1957 dan Worsley (1970,1971) bahwa sejarah atau ‘historical’ dan sebagian besar merupakan kidung sejarah. Untuk memberikan nama tersebut tentu saja berdasarkan analisis bentuk dan isi yang diteliti.
            Cerita panji merupakan salah satu karya sastra yang dapat dipakai sebagai sumber sejarah. Rassers (1922) meneliti cerita panji sebagai disertasi berjudul De Panji Roman dengan pendekatan instruktural. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa cerita Panji terdapat berbagai versi, dan sangat luas, tetapi semua lengkap. Para sarjana mengatakan bahwa cerita Panji merupakan siklus. Tetapi setelah Rasles mengajukan pendapatnya bahwa Cerita Panji bukan siklus, dengan alas an setiap versi lengkap dan bukan merupakan lanjutan dari yang lain, mereka menerima dan mengakuyi. Karena setiap cerita, masing-masing lengkap.
            Berdasarkan pendapat Rassers tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat Jawa memiliki falsafah yang sangat tinggi. Salah satu diantaranya adalah pandanga tentang dunia. Pada saat itu terdapat penggoongan atau klasifikasi menjadi dua yang bertentangan  tetapi saling melengkapi  dan mempunyai kedudukan yang sama. Pandangan ini menurut pendapat Rassers sudah ada sebelum masyarakat Hindu juga memiliki pandangan yang sama.
            Selain itu beberapa karya sastra memberikan bukti. Pengarang dianggap sebagai wakil masyarakat. Kalau tema, bentuk, peran dan gaya telah disepakati, bagaimana peran penikmat dan masyarakat. Robson menyatakan bahwa ada dua sumber pokok tentang aspirasi masyarakat pada saat itu. (1) frekuensi relative penggambaran tema tertentu yang diabadikan dalam relief candi, atau benda purbakala lain, lukisan kain atau kayu. Bila  frekuensi tinggi maka cerita itu mungkin popular,mode sesaat, atau suatu keharusan suatu aliran (agama,penguasa, dan lain-lain). Misalnya diCandi Sukuh terdapat relief Sudamala dan Bhima Swarga. Pada Candi Panataran dipahatkan Krsnayan,Ramayana,Cerita panji, Cerita binatang, dan Sri Tanjung. (2) Berdasar penelitian filologis dari karya sastra yang lebih mudah peneliti dapat menarik kesimpulan sejauh mana karya sastra dapat menggema dihati masyarakat. Kalau sebuah karya sastra menyebut judul karya sastra Klasik, mungkin karya yang disebut cukup popular dikalangan masyarakat. Misalnya : Wangbang wideha menyebut empat karya Wignotsawa, Gathutkacasraya, Kresnayana dan Arjunawiwaha.
            Dalam sejarah sastra jawa periode sastra Jawa Pertengahan hanya menampilkan beberapa karya sastra hasil penelitian ahli. Sedangkan karya-karya lain banyak yang belum didokumentasikan. Karya-karya itu belum mendapatkan perhatian dari para peniliti. Apalagi masih dalam bentuk naskah, dengan huruf jawa, berbahasa jawa.
            Dari karya-karya tersebut Cerita Panji menduduki peranan penting karena dapat mewakili karya lain yang muncul pada zaman yang sama dan penyebarluasanya sampai ke mancanegara. Dari segi bentuk sastra Jawa Pertengahan memunculkan bentuk puisi baru, yang menggunakan metrum nusantara yang disebut kidung. Bentuk puisi tersebut merupakan kreasi orang jawa yang tidak berkiblat pada bentuk puisi India maupun Jawa Kuna. Dari segi materi mulai tampak meninggalkan tradisi yang mengikuti sastra Sansekerta. Suansana pedesaan dan diluar istana mulai tampak menghiasi karya sastranya. Demikian juga materi yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tampak dalam beberapa karya terutama adanya unsure ‘ruwat’ yang menurut poerbatjaraka merupakan unsure kepercayaan Jawa asli, yang sampai sekarang masih dilestarikan baik lapisan bawah maupun atas. Kepercayaan ini merupakan upacara yang sangat sacral dan religius.
            Sastra jawa Pertengahan dalam sejarah kebudayaan, para ahli berpendapat  bahasa sastra merupakan bagian dari Kebudayaan. Oleh sebab itu, dalam karya sastra juga merekam situasi budaya masyarakat pendukungnya, dengan demikian sastra jawa pertengahan bagian dari sastra jawa tidak lepas dari aspek budaya masyarakat pada zaman karya itu ditulis sesuai dengan pendapat bahwa pengarang merupakan wakil masyarakat. Kalau kita membaca kidung maupun karya yang berbentuk prosa pada periode sastra jawa pertengahan banyak bahan yang menggambarkan kebudayaan yang tertuang dalam karya sastra sebagian besar merupakan kebudayaan istana, puri, keluarga raja.  Mengapa? Sebab kebudayaan masyarakat diluar istana banyak yang belum ditulis, dan sebagian besar masih dalam bentuk sastra lisan. Kecuali itu karya sastra yang berhasil diteliti didominasi sastra istana. Sebagai  dokumen sosiobudaya sastra jawa pertengahan mengangkat nilai-nilai budaya yang berkembang disekitar pengarang.
            Dalam kidung yang telah diteliti, terdapat berbagai macam budaya, antara lain: (1) Kebudayaan material atau artefak seperti pakaian ,perhiasan, bentuk rumah, bangunan dan sebagainya. (2) Kebudayaan masyarakat kraton, termasuk keluarga raja, semua punggawa, dengantingkatan kehidupan yang diatursedemikian rupa, sesuai dengan tingkatannya. (3) kesenian terutama pertunjukan yang bersifat dramatis, music, sastra ,dsb (4) upacara, misalanya perkawinan yang ada kaitannya dengan kepercayaan dan agama serta upaca lainnya. (50 Kebudayaan masyarakat pedesaan, khususnya suasana dipertapaan, dengan berbagai situasi yang tentram, damai dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan, yang tampak dalam Sri Tanjung dan berbagai karya lain yang belum diteliti.


             Buku Sastra Jawa Pertengahan

0 komentar:

Posting Komentar